Beberapa Contoh Masakan Peranakan di Indonesia

Jonathan Bach
2 min readFeb 25, 2021

Cah Rebung

Untuk menyambut Tahun Baru Imlek, rebung ca adalah hidangan yang “harus dipilih” di Jawa Tengah, tetapi tidak di tempat lain. Mungkin karena rebung mewakili kehidupan baru. Perlakuan wajib lainnya adalah kue keranjang, yaitu tepung ketan dan gula merah, dimasak terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang daun (ada yang sekarang menggunakan kertas plastik), dan dikukus selama beberapa jam. Kue keranjang dengan berbagai ukuran ini pertama-tama disusun dan di dekorasi dengan kertas merah, lalu dikirim ke altar keluarga dan altar Dewa Dapur. Konon karena kue manis yang lengket, “Dewa Memasak” hanya bisa melaporkan hal-hal manis tentang perilaku ibu rumah tangga kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa).

Kue beras ketan merah (warna rezeki) dan jejak berbentuk kura-kura (melambangkan umur panjang) juga merupakan “makanan doa”. Tentunya yang terbaik bagi penderita diabetes adalah menghindarinya, karena selain manis penampilannya, juga penuh dengan kacang hijau.

Kue Keranjang

Jika ternyata kue keranjang didistribusikan secara merata sebagai produk Tahun Baru Imlek, maka huatkue tidak demikian. Huat Kue adalah spons kukus, pink atau merah (warna rezeki). Kue mekar (huat) melambangkan bisnis yang sedang booming dan kenaikan pangkat. Kue ini cukup terkenal di Jawa Tengah, namun banyak juga masyarakat keturunan Tionghoa dari Sumatera yang mengantri untuk membeli kue ini di berbagai tempat di Jakarta menjelang Imlek.

Baca juga : Mari lebih mengenal masakan peranakan di Indonesia

Bandeng

Pertengahan 1960-an, menjelang Imlek di Jakarta, diadakan pasar malam di kawasan Glodok. Ada banyak kebutuhan untuk menyambut Tahun Baru Imlek, yang tidak boleh Anda lewatkan adalah ikan bandeng! Ikan bandeng sering menjadi menu catering murah dan dimasak dengan tujuan untuk disajikan kepada nenek moyang. Namun hal ini juga menjadi tradisi masyarakat Betawi dalam hal ini membeli bandeng untuk diantarkan ke mertua atau kuasi mertuanya.

Kue Bulan

Setahun sekali, sebelum Gwe Cap Go (bulan ke-8 bulan ke-15 penanggalan Tionghoa) yang ditandai dengan bulan purnama, para pedagang kue bulan (tiong cu pia) mulai menggelar dagangannya. Kue bulan Tionghoa Totok berbeda dengan kue bulan Peranakan Tiongkok. Yang pertama berdiameter sekitar 5 cm dan tinggi 3 cm. Kulitnya berwarna coklat, terbuat dari tepung terigu, isinya campuran kacang hitam / kacang hijau / biji teratai, dihaluskan dengan gula pasir dan bahan lainnya. Juga diberikan 1, 2, 3 sampai 4 kuning telur asin.

Baca juga : Makanan Penunjang Karantina, Anti Ribet!

Berbeda dengan kue bulan Peranakan Tionghoa. Diameternya sekitar 10 cm dan tebal maksimal 1 cm. Bagian luarnya berwarna putih dan terbuat dari tepung terigu. Isinya bisa berupa coklat, keju, kacang mete, durian, bahkan cempedak. Ada juga moon cake yang mengandung daging babi, tapi sepertinya lebih suka coklat, keju, durian dan cempedak.

Ronde

Saat menyambut awal musim dingin (di China, selalu pada tanggal 22 Desember), nasi ketan berwarna-warni akan disajikan dengan sirup putih dan jahe. Namun, orang Tionghoa Peranakan, terlepas dari apakah mereka percaya pada Taoisme atau tidak, percaya pada agama Kristen dan Islam, saat ini mereka biasanya membuat langde, bacang, lontong cap gomeh, kol, bandeng kedelai, dll. Kapanpun dimanapun. Kelengkeng juga sangat kaya, misalnya penuh dengan kacang. Bumbu juga bisa menjadi sirup gula merah. (Helen Ishwara-Menu Sehat).

Baca juga : Asal Usul Makanan Peranakan di Indonesia

--

--